Jumat, 02 Maret 2012

Batik AC Milan, mereguk untung dari fanatisme bolamania


batik ac milan Batik AC Milan – Sebuah Terobosan BaruKlub sepakbola papan atas Eropa, AC Milan, terkenal punya basis pendukung yang sangat kuat, bahkan di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Nah, para bolamania fans AC Milan pun kini bisa menunjukkan fanatisme mereka dalam balutan pakaian batik.
Seorang produsen batik di Solo, Saud Effendi, menjadi pelopornya. Semua berawal dari kecintaan sang anak, Robby Endi Putra, pada klub AC Milan. Robby yang didaulat sebagai ketua penggemar AC Milan alias Milanisti Solo, berkeinginan membuat sebuah produk yang mencerminkan identitas klub itu. “Anak saya bersama teman-temannya lalu membuat rancangan. Diserahkan ke saya dan saya bantu dengan memilih motif yang cocok, juga mencari paduan warna yang sesuai. Akhirnya awal April, batik AC Milan pertama kali diproduksi,” kisah Saud, saat ditemui di kediamannya di Kampung Jagalan Laweyan, Kelurahan Bumi, Laweyan, Solo.
Proses kreatif yang menghasilkan batik AC Milan membutuhkan waktu sekitar dua pekan. Saud
mengatakan proses awal dilakukan untuk menentukan motif batik. Pertama, Saud dibantu sang istri, Lis Alida, mencoba sejumlah motif. Setelah mencoba beberapa motif, mereka akhirnya memutuskan memilih kombinasi motif batik cuwiri dan kawung. Motif cuwiri memberi bentuk serupa tulang daun dan kawung memberi kesan nyaris kotak, sehingga sangat cocok dipadukan dengan logo AC Milan yang berbentuk bulat lonjong.
Sedangkan untuk warna, Saud membutuhkan waktu coba-coba selama sepekan kemudian. “Semua berawal dari warna dasar logo klub yang didominasi warna merah dan hitam. Lalu kami coba beberapa warna. Ternyata warna pertama yang dipilih terlihat lebih tua. Baru warna berikutnya terlihat cocok. Merahnya cocok dengan logo AC Milan,” ujar Saud.
Walaupun baru sebulan berjalan, dengan promosi melalui internet, Saud mengaku telah memasarkan seratusan potong busana batik AC Milan. Peminat batik AC Milan berasal dari banyak daerah, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua. Untuk satu potong busana, dia menjual seharga Rp 70.000.
Guna menekan biaya, Saud sengaja menggunakan kain batik printing yang biaya produksinya lebih murah. Kendati demikian harga yang dipatok tersebut bisa berubah mengikuti pesanan pembeli. “Ada yang pesan seragam sekeluarga, dari ayah, ibu, dan dua anaknya. Modelnya macam-macam, bahkan untuk anak perempuan mereka minta dibuat terusan,” timpal Lis.
Hingga saat ini, pesanan busana batik AC Milan terus mengalir. Padahal, pihaknya baru memasarkan produk kreatif itu melalui internet. Penjualan langsung dengan pembeli datang ke showroom-nya di Laweyan sebenarnya cukup banyak, namun diakui penjualan langsung tersebut belum maksimal. Ke depan, melihat animo masyarakat yang tinggi, Saud mengatakan tidak menutup kemungkinan untuk merancang batik dengan motif khusus sesuai logo klub sepak bola lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Free Liverpool Football Club Badge Diagonal Resize 1 Cursors at www.totallyfreecursors.com